Saturday, August 30, 2014

Happy

It has been a long time we never met…
Without you... My life is cruel, dark, harsh and hard to grind.
Without you… I’m tasting bitterness inside my lung.
Oh… I do really wish you were around… I will ask you to go deep inside my tongue to keep me awake all night long.

Oh boy… My name is coffee, I’m not happy until I meet you… yes you... milky lady*

*when coffee meet milk

MG, Street Gallery, PIM, 2014

Wednesday, August 20, 2014

Pesan di Line

Harap-harap cemas aku menunggu. Di pukul 12.20 siang ini, belum ada tanda-tanda terima balasan Line* maupun Whatsapp dari dia. Aku menunggu sejak 20 hari sejak tanggal 1 agustus lalu. Sudah berapa kian kali dalam 20 hari dia mengganti profile fotonya, mengubah status, bahkan setiap kali aku mengirim pesan melalui Line dan terpampang tanda read, toh tidak ada satupun pesanku dibalas. Jadi pasti suatu saat nanti jikalau dia beralasan, tidak mungkin dia menciptakan lagi alasan hp nya mati, apalagi pulsa tak mencukupi. Cukuplah hal-hal tersebut dijadikan alibi aku bahwa smartphone dia masih menyala.

Dia memang tidak peduli terhadapku, sesungguhnya pun dia dan akupun tahu maksud dari isi-isi pesanku. Semua ini harus jelas hingga berakhir waktu yang entah sampai berapa hari lagi. Tapi kalau sudah sampai sebulan?, 10 hari lagi?, wah bisa bahaya nanti.

Kutanya temanku yang senasib dan sepenanggungan, ada apa dengan dia. Kenapa?, temanku yang satu itupun juga tak tahu menahu.

Ah, aku mulai ragu-ragu menjalani ini semua. Sombong sekali dia tidak membalas kata-kataku di Line. Kejam benar perilakunya. Padahal tampang dia lugu, dan bahkan terlihat lucu. Tapi aku tidak akan tertipu, dia pasti menyiapkan sesuatu. Dia pasti sudah menyiapkan sejuta peluru untuk memberondongku dengan seribu satu alasan yang tak tentu.

Tapi sampai kapan?, besok sudah hari ke-21. Memangnya aku batu yang tidak bisa berhaha-huhu. Haha ketika tertawa, dan huhu ketika sedih memikirkanmu, iya kamu yang membaca tulisan ini.

Kusiapkan 2 (dua) skenario jikalau hal-hal yang tidak diinginkan itu benar-benar terjadi. Skenario itu representasi dari gambar unyu di Line. Toh dia pasti tidak berani membalas dengan kata-kata pesan. Skenario pertama adalah apabila dia mengirimkan gambar emoticon beruang dengan sayap dibelakang seperti malaikat, artinya, dia ingin pergi meninggalkanku menuju langit ketujuh. Kuterjemahkan sebagai, memang dia sudah mati, mungkin terbakar dahulu, baru menjadi abu. Aku tidak dapat berbuat apa-apa untuk hal ini, karena toh berarti dia sudah kabur dan tak akan kembali.

Kedua, emoticon beruang berciuman dengan kelinci, yang artinya dia sudah bersama idaman lainnya. Ini pertanda, aku harus mencari kelinci lainnya, pergi jauh dari dia dan aku tidak perlu mengharapkannya lagi.

Apa susahnya menjawab?, dasar dia memang dasarnya tidak bertanggung jawab.

Padahal isi pesanku di Line selama 20 hari ini cukup sederhana. Cukup satu kalimat dengan tanda tanya,  "Bos, kapan gajian bulan lalu dikirim bos?"

Mungkin perusahaan tempatku bekerja saat ini sudah bangkrut dan mengkerut


Note:
*Line adalah aplikasi chating menggunakan smartphone, bisa mengirim pesan dan juga gambar-gambar (emoticon) lucu berbentuk beruang dan kelinci. 

Morning Glory Coffee

Seberapa sering menuju tempat ini?. Hmm.. beberapa kali dan melebihi 1/15 dan djournal coffee. Lokasi yang strategis berada di street gallery Pondok Indah Mall (PIM), membuat ku sering mengunjungi morning glory coffee. Ditambah lagi PIM merupakan mall favoritku, jadi faktor plus buat morning glory. Dalam #JakartaCoffeeBlendJourney ini, aku ingin bercerita tentang Morning Glory coffee. Kedai kopi ini sudah lama sebenernya berdiri. Dimulai dari Bandung, seingatku pertama kali melihat sign Morning Glory itu di setiabudi, sebelahnya McD, ketika itu sekitar tahun 2006 aku mau mengunjungi tempat fitness yang bernama Equinox (sayang sekali udah tutup skrg, padahal gw ketemu tamara blezinski disana, hahah) yang berada dilantai 2. Di lantai satunya terdapat kedai kopi yang bernama Morning Glory ini. Tapi pada waktu itu aku tidak sempat masuk kedalam, hanya melihat-lihat dari luar.

Tidak berapa lama, setelah tol di cipularang dibuat sekitar tahun 2006, yang menghubungkan jakarta bandung. Morning Glory mulai membuka cabang di KM 97. Aku sering kesitu, menikmati sejumput coffee latte disertai sarapan paginya omellete. Pelayanannya biasa saja, tapi pemandangannya di KM 97 yang mempesona. Karena menghadap taman, dan kita bisa menghirup udara segar.

Di tahun ini, setelah kembali dari Bangkok, ternyata aku menemukan lagi Morning Glory. Kali ini dia sudah buka cabang di PIM, ini berarti untuk pertama kalinya Morning Glory buka cabang di luar Bandung. Sebelumnya dia sudah ada di ruko setrasari, Bandung dekat dengan Universitas Maranatha begitu keluar gate Pasteur. Dan satu lagi seperti cerita saya sebelumnya ada di Setiabudi, tapi sayangnya sudah ditutup untuk cabang sini  Display kedai kopi Morning Glory kini sudah seperti cafe, terlihat trendy dan keren. Karena belakangan ini aku mulai menggemari kopi, awal aku ke Morning Glory PIM kuajukan pertanyaan mengenai jenis kopi apa yang dipakai disana. Ternyata mereka menggunakan kopi asal pengalengan, Jawa Barat. Pengalengan yang notebene penghasil susu berkualitas, ternyata mempunyai kopi berkualitas juga. Ini dibuktikan dengan rasa kopinya yang menurutku mid taste, karena rasa asam dan pahit nya tidak terlalu dalam. Sehingga bisa dinikmati semua orang.

Selain itu kalau kita duduk dikursi Morning Glory coffee di PIM, kita akan berhadapan dengan toko roti Tous les jours, dimana banyak pria dan wanita yang tampilannya oke punya duduk disana. Dan so pasti tidak semuanya pecinta kopi, tapi kan lumayan buat cuci mata, hahaha...