Tuesday, October 14, 2014

Riverstone City

"Beep.. beep... tring.. tring..." smartphone Kencana berbunyi untuk yang kedua kalinya.. Kencana ketika itu tidak mendengar bunyi yang pertama karena sedang berada dikantin basement kantornya di bilangan Menteng, Jakarta Pusat. Dia sedang asik berbicara mengenai politik dengan rekan sejawatnya, sembari menghisap sebatang rokok sampoerna.
Pada bunyi yang kedua, Kencana mulai mendengar ada bunyi dari saku celananya yang berwarna biru muda. Dirogoh saku itu menggunakan tangan kanan dan dilihat dilayar smartphone terdapat gambar wanita yang muncul. Dalam hati kencana berkomentar "Tumben nih dia telpon, ada apa ya?"... Kencana pamit sebentar pada rekan-rekan dikantin sembari berlagak ada telpon penting seperti tidak ada lagi bunyi telpon yang lebih penting sepanjang hidupnya. Dijawabnya panggilan telpon itu

"Hai hai.. Amanda.. kemana aja lo?"
"Hoi Kenca, lagi dimana?"..

Kedua pihak malah saling mengeluarkan kalimat tanya.

"Gw di Menteng nih seperti biasa, Gila lo.. kemaren kemaren kemana aja, sombong ya whatsapp gak dibales, udah berapa bulan nih menghilang?"..
"Gw baru balik dari LA.. sekarang lagi di Jakarta nih.. Lo main kesini donk?"
"Dimana sekarang tinggalnya?, hayuk ngopi2!.."
"Gw tinggal di Riverstone City sekarang, nonton yuk"
"Wah Riverstone?, tempat perumahan elit itu?, dari kapan pindahnya?"
"Hahaha, biasa aja ah, elit dari Hongkong.., iya iya nanti gw ceritain ya klo kita ketemu"
"Oke bentar lagi jam kantor gw beres jam 4 sore.. nanti gw kabarin klo jadi kesana ya, mudah-mudahan gak ada lembur dari bos.."
"Haha giliran ketemu aja langsung cepat tanggap"
"Heheh"...

Wanita itu bernama Amanda. Teman lama Kencana. Mereka pertama kali bertemu di Maskapai penerbangan Garuda tujuan Jakarta - Melbourne. Ketika itu Kencana sedang ada perjalanan dinas dari kantor, dan Amanda adalah salah satu pramugarinya. Kencana dengan percaya dirinya memperkenalkan dirinya sendiri kebeberapa pramugari dan pramugara yang sedang mempersiapkan menu makan pagi di area box dekat cock pit. Akhir cerita, Kencana mendapatkan pin blackberry salah satu pramugari tercantiknya, siapa lagi kalau bukan Amanda.

Kisah pertemanan mereka berlanjut melalui blackberry, sempat bertemu beberapa kali di Jakarta dan akhirnya tidak bertemu lagi karena Amanda setelah resign dari Garuda dia mengikuti jejak kedua orang tuanya yang bekerja di kedutaan Indonesia di USA. Sementara itu Kencana tenggelam sendiri dalam pekerjaannya dibidang pelayaran dan logistik.

Sampai suatu ketika mereka bertemu lagi beberapa bulan lalu. Pertemuan yang singkat dibilangan Sudirman, Jakarta Selatan. Saat itu Amanda sudah berstatus suami orang. Sementara Kencana berstatus duda tanpa anak. Mereka berjumpa di liberica coffee, Pacific Place. Kaget bercampur senang wajah Kencana ketika melihat Amanda dengan tampilan barunya, rambut bergelombang panjang hitam, memakai dress serba hitam. Kaget ketika tahu Amanda sudah berstatus suami orang. Apalagi suaminya yang sekarang adalah anggota Kopasus. Amanda juga kaget melihat Kencana sekarang, yang sebelumnya klimis kini mulai brewokan. Ditambah lagi Kencana sudah berstatus duda sekarang.

"Beep.. beep... tring.. tring..." Kali ini suara smartphone Amanda berbunyi. Waktu menunjukkan pukul 4.15 sore.

"Hai.. Amanda.. Gw jadi ketempat lu ya"..
"Okeey.. dah sampe mana sekarang?, gw mau mandi dulu nih, kita mau kemana nanti?"..
"Let see nanti ya... Gw mau liat Riverstone City, mau tau gw kayak gimana tempatnya. Kata orang bagus... Eh anyway, suami lo gak ada di Jakarta kan"
"Iya.. Bagus kok... Anyway juga.. Tenang, suami gw lagi mengawal Presiden ke Jambi.. sini cepet.."

Mobil Kencana melaju secepat truk tronton tanpa beban. Jalanan macet dari Menteng menuju Riverstone City yang berada di daerah Kebayoran dibabat perlahan-lahan. Cukup 30 menit sudah sampai ditempat.  

-- At Riverstone City, percakapan di smartphone
"Gw dah sampai lobby, lo turun kebawah donk"
"Bentar gw masih handukkan.."
"Udah gak usah pake handuk aja kebawah.."
"Dasar Porno kamu Kencana.."

Amanda turun ke lobby. Mereka berdua tampak kasmaran. Padahal tidak berjumpa hanya selama beberapa bulan, malah tatapan dan tutur kata mereka berdua seperti sudah tidak berjumpa selama tahunan. Amanda lalu mengajak Kencana menuju kamarnya di lantai 19. Riverstone City, komplek apartement ternama di Jakarta, terdiri dari beberapa blok pretisius dengan kolam renang ditengah-tengahnya. Bloknya megah, lantainya terdiri dari marmer putih seperti istana.

"Sudah berapa lama kamu disini Amanda", sambil berbasa-basi sekali lagi Kencana memulai percakapan di sofa kamar Amanda. Amanda menjawab sekena-kenanya sambil tersenyum menggoda. Padahal diotak mereka berdua sudah berkelumit kisah-kisah nafsu tak tertahankan yang terlalu berbelit-belit apabila dipikirkan. Malahan, akan sangat teramat lebih baik apabila langsung dipraktekkan.

Sebatang dua batang rokok dihabiskan mereka berdua sembari mengobrol kisah mereka di sofa ruang tamu kamar Amanda. Pintu kamar tidur ketika itu sedari tadi sudah terbuka. Setelah beberapa menit akhirnya Amanda dan Kencana memandang kamar tidur. Mereka memandang kekasur yang sama. Sudah diduga apa yang bakal terjadi. Nafsu birahi terjadi dikamar Amanda. Menggebu-gebu, terjerembab kedalam adegan frontal 18 tahun keatas. Sudah lupakan status Amanda yang bersuami dan lupakan juga status Kencana yang duda. Toh, apalah artinya, mereka sudah bersatu dalam raga sekarang ini.

"Beep... Beep.. Tring.. Tring"... Kali ini suara dering telpon dari smartphone Amanda. Sudah 3 kali berbunyi tapi tidak diangkatnya. Smartphone Amanda tergeletak dimeja dekat kasur.

Setelah bunyi 3 kali, SMS masuk di smartphone Amanda.. "Ada suara apa dikamar?, aku sudah di lantai 19 depan kamarmu, bukakan pintu, sebelum Aku dobrak tanpa ragu".

Terlihat dilayar smartphone Amanda tertanda suaminya, Kopasus. 

Tuesday, October 07, 2014

Bumi Manusia

Saya baru saja membaca buku pertama dari tetralogi buru karya penulis legendaris Indonesia yaitu almarhum Pramoedya Ananta Toer. Sudah sejak lama saya mengetahui mengenai novel ini, tapi baru beberapa hari ini akhirnya buku pertamanya yang berjudul bumi manusia selesai dibaca. Terimakasih kepada mishella yang telah meminjamkannya untuk 1 bulan :).

Pada awalnya saya kira tulisan karya Pramoedya ini tergolong berat. Karena melibatkan sejarah dan kosakata Indonesia yang baku dan tidak mudah dibaca kalimat per kalimat begitu saja. Harus mengerti terlebih dahulu apa maksudnya, baru bisa melanjutkan kehalaman lainnya. Seperti yang terjadi ketika pertama kali saya membaca karya Pramoedya yang berjudul Panggil aku Kartini saja. 2 Minggu baru aku bisa selesaikan.

Begitu membaca Bumi Manusia (1980), rupanya ini berbeda. Karena Pramoedya menggabungkan dengan unsur Fiksi. Ceritanya lebih mudah dicerna, dan begitu kita membaca, alur ceritanya mengajak pembaca memasuki nuansa tahun 1800an akhir, benar-benar dibuat larut didalamnya. Tokoh utama bumi manusia adalah Minke, ia pribumi, anak pejabat tinggi, dan berpendidikan sekolah Eropa di Surabaya. Guru favoritnya bernama Jufrow Magda Peters (Jufrow = nona dalam bahasa belanda).

Novel ini bercerita tentang pergolakan batin penulis yang menurut saya berada pada sudut pandang Pramoedya itu sendiri pada masa penjajahan kolonial Belanda. Didalam novel ini juga terdapat cerita Budaya jawa dan nenek moyangnya yang mengutamakan strata menjadi bahan pergolakan batin tersendiri bagi Minke yang dididik keterbukaan Eropa. Selain keduanya itu, Budaya Tiongkok juga dilibatkan dalam novel ini.

Tapi dibalik Budaya, menurut saya kisah utama Bumi Manusia adalah romansa antara Minke dan Annelies Mellema. Annelies anak dari Herman Mellema yang asli Belanda dengan Nyai Ontosoroh, asli pribumi. Kisah Annelies dan ibunya mempunyai ruang tersendiri di novel ini. Seru dan sangat dalam sekali karakter mereka berdua. Annelies mengaku dia pribumi meski wajahnya Indo, wajahnya cantik bahkan melebihi Sri Baginda Wilhelmina.

Cerita di Bumi Manusia berlanjut di novel selanjutnya yang berjudul Anak Semua Bangsa (1985). Tak sabar saya ingin membacanya. Mishella, cepatlah datang ke jakarta