Perjalanan sejauh 5 km itu harus kulalui dengan berjalan kaki, melawan arah angin dari utara. Asap hitam yang mencekam paru-paru, terpaksa kuhirup tanpa ragu. Jalan batu berbatu diterjang demi menuju satu tempat bernama Kota Microtele. Konon kata tetua dikotaku, disana terdapat berbagai dokter yang dapat menyembuhkan penyakit komunikasi. Aku harus kesana. Harus. Sekarang juga..
Kenapa sekarang?, kenapa harus? ...
Ini penyebabnya... sudah 3 hari ini aku tidak dapat berkomunikasi baik itu melalui suara maupun tatapan mata. Aku tidak dapat melihat dunia nun jauh disana. Sudah 3 hari ini pula aku makin muram dan makin durja. Ah, kenapa aku diterpa kemalangan hati, kenapa dan mengapa semua ini terjadi?.
Alkisah, setelah berpeluh keringat akhirnya aku sampai jumpa di gerbang Kota Microtele. 3 lantai anak tangga terjal berbentuk 90 derajat harus kudaki. Ada beberapa penjaga berbaju hitam di pintu gerbang, mereka hanya mengamatiku tanpa suara dari ujung kaki hingga ujung kepala. Ah tak mengapa, aku tidak peduli, karena penyakitku harus disembuhkan saat ini juga. Setelah kulewati penjaga, beberapa meter dibelakang gerbang mulai terlihat banyak dokter dikiri dan kanan jalan raya berlalu lalang...
Benar juga kata tetua dikotaku. Ternyata memang banyak dokter. Tapi sungguh aneh dokter-dokter ini, kenapa mereka hanya khusus menyembuhkan penyakit komunikasi. Para Dokter ini bergaya berbeda-beda, Ada yang wanita ada yang pria, tua maupun muda, ada yang berbaju putih, berbaju biru, memakai kaos, memakai seragam, ah aneh-aneh saja gayanya. Para dokter mempunyai tempat praktek sendiri-sendiri, meskipun begitu, dokter-dokter itu dapat berpindah lokasi sesuka hati mereka. mungkin mereka mempunyai ikatan kerja sesamanya.
Ditiap tempat praktek mereka memajang papan nama dengan lampu-lampu gemerlapan. Tampak banyak orang-orang dari luar Kota Microtele memang datang khusus untuk menyembuhkan penyakit mereka, mereka berlalu lalang, bimbang, termasuk diriku sendiri bingung memilih mana dokter yang tepat untuk penyakit komunikasiku ini
Setelah berjam-jam aku mengelilingi satu persatu tempat praktek para dokter itu, aku terhenti diujung menemukan dokter anak muda, hanya bermodal kaos singlet bersablon yang entah itu gambar apa, bercelana jeans dan berlogat bahasa minang. Ah, kenapa bisa ada orang padang di Kota Microtele?. Sungguh aneh bukan kepalang. Itu yang sebenarnya membuatku penasaran, lalu mulai menunjukkan kepadanya gejala-gejalaku dengan bahasa tubuh seadanya.
Dia mengerti, ditariknya aku menuju kursi terdekat, diperiksa dengan cermat penyakitku ini. Hanya hitungan 5 menit dia menjelaskan kalau Hardware problem, tombol button on and off nya tidak berfungsi. Software nya bahkan belum diupdate.
Ah kenapa penyakitnya bisa segitunya.
"Ini harus dibawa ke Nokia Service Center mas, bukan disini", ujarnya
Akhirnya aku di Kota Microtele dengan tangan hampa.
Note : Jangan beli HP Nokia, After Sales Nokia Lumia susah didapat di toko2 ITC mulai dari ITC fatmawati hingga mangga dua.. Sangat susahnya.. Lebih baik beli samsung android atau iphone 6 sekalian..