Saya baru saja membaca buku pertama dari tetralogi buru karya penulis legendaris Indonesia yaitu almarhum Pramoedya Ananta Toer. Sudah sejak lama saya mengetahui mengenai novel ini, tapi baru beberapa hari ini akhirnya buku pertamanya yang berjudul bumi manusia selesai dibaca. Terimakasih kepada mishella yang telah meminjamkannya untuk 1 bulan :).
Pada awalnya saya kira tulisan karya Pramoedya ini tergolong berat. Karena melibatkan sejarah dan kosakata Indonesia yang baku dan tidak mudah dibaca kalimat per kalimat begitu saja. Harus mengerti terlebih dahulu apa maksudnya, baru bisa melanjutkan kehalaman lainnya. Seperti yang terjadi ketika pertama kali saya membaca karya Pramoedya yang berjudul Panggil aku Kartini saja. 2 Minggu baru aku bisa selesaikan.
Begitu membaca Bumi Manusia (1980), rupanya ini berbeda. Karena Pramoedya menggabungkan dengan unsur Fiksi. Ceritanya lebih mudah dicerna, dan begitu kita membaca, alur ceritanya mengajak pembaca memasuki nuansa tahun 1800an akhir, benar-benar dibuat larut didalamnya. Tokoh utama bumi manusia adalah Minke, ia pribumi, anak pejabat tinggi, dan berpendidikan sekolah Eropa di Surabaya. Guru favoritnya bernama Jufrow Magda Peters (Jufrow = nona dalam bahasa belanda).
Novel ini bercerita tentang pergolakan batin penulis yang menurut saya berada pada sudut pandang Pramoedya itu sendiri pada masa penjajahan kolonial Belanda. Didalam novel ini juga terdapat cerita Budaya jawa dan nenek moyangnya yang mengutamakan strata menjadi bahan pergolakan batin tersendiri bagi Minke yang dididik keterbukaan Eropa. Selain keduanya itu, Budaya Tiongkok juga dilibatkan dalam novel ini.
Tapi dibalik Budaya, menurut saya kisah utama Bumi Manusia adalah romansa antara Minke dan Annelies Mellema. Annelies anak dari Herman Mellema yang asli Belanda dengan Nyai Ontosoroh, asli pribumi. Kisah Annelies dan ibunya mempunyai ruang tersendiri di novel ini. Seru dan sangat dalam sekali karakter mereka berdua. Annelies mengaku dia pribumi meski wajahnya Indo, wajahnya cantik bahkan melebihi Sri Baginda Wilhelmina.
Cerita di Bumi Manusia berlanjut di novel selanjutnya yang berjudul Anak Semua Bangsa (1985). Tak sabar saya ingin membacanya. Mishella, cepatlah datang ke jakarta
Pada awalnya saya kira tulisan karya Pramoedya ini tergolong berat. Karena melibatkan sejarah dan kosakata Indonesia yang baku dan tidak mudah dibaca kalimat per kalimat begitu saja. Harus mengerti terlebih dahulu apa maksudnya, baru bisa melanjutkan kehalaman lainnya. Seperti yang terjadi ketika pertama kali saya membaca karya Pramoedya yang berjudul Panggil aku Kartini saja. 2 Minggu baru aku bisa selesaikan.
Begitu membaca Bumi Manusia (1980), rupanya ini berbeda. Karena Pramoedya menggabungkan dengan unsur Fiksi. Ceritanya lebih mudah dicerna, dan begitu kita membaca, alur ceritanya mengajak pembaca memasuki nuansa tahun 1800an akhir, benar-benar dibuat larut didalamnya. Tokoh utama bumi manusia adalah Minke, ia pribumi, anak pejabat tinggi, dan berpendidikan sekolah Eropa di Surabaya. Guru favoritnya bernama Jufrow Magda Peters (Jufrow = nona dalam bahasa belanda).
Novel ini bercerita tentang pergolakan batin penulis yang menurut saya berada pada sudut pandang Pramoedya itu sendiri pada masa penjajahan kolonial Belanda. Didalam novel ini juga terdapat cerita Budaya jawa dan nenek moyangnya yang mengutamakan strata menjadi bahan pergolakan batin tersendiri bagi Minke yang dididik keterbukaan Eropa. Selain keduanya itu, Budaya Tiongkok juga dilibatkan dalam novel ini.
Tapi dibalik Budaya, menurut saya kisah utama Bumi Manusia adalah romansa antara Minke dan Annelies Mellema. Annelies anak dari Herman Mellema yang asli Belanda dengan Nyai Ontosoroh, asli pribumi. Kisah Annelies dan ibunya mempunyai ruang tersendiri di novel ini. Seru dan sangat dalam sekali karakter mereka berdua. Annelies mengaku dia pribumi meski wajahnya Indo, wajahnya cantik bahkan melebihi Sri Baginda Wilhelmina.
Cerita di Bumi Manusia berlanjut di novel selanjutnya yang berjudul Anak Semua Bangsa (1985). Tak sabar saya ingin membacanya. Mishella, cepatlah datang ke jakarta
1 comment:
Tunggu aku di jakarta!
Post a Comment