Ubin-ubin lantai keramik yang menggantikan fungsi
aspal di jalan braga; jalur wisata kota tua arsitektur belanda di bandung, mulai
pecah kotak demi kotak karena derasnya hujan di wilayah kota.
Kencana melanjutkan tempat spend time selanjutnya di jalan braga. Dia menuju braga huis,
tempat favorit menghabiskan malam-malam dingin dengan membeli secangkir kopi
Aceh gayo yang disajikan dalam gelas french
press.
Malam ini ia tidak sendiri, datang bersama temannya yang
bernama Randi; TKI dari Arab Saudi yang kebetulan sedang libur dan ingin spend time juga di bandung.
Braga huis, berdesign interior bata-bata putih dan berlangit
tinggi joglo. Tempat duduknya ada yang berupa sofa dan ada juga berupa kayu yang
terbuat dari pohon meranti. Di dindingnya terdapat berbagai macam figura foto
unik yang yang merajuk quote dari
penyanyi terkenal masa lalu, seperti John Lennon dan Bob Marley. Susunan lampu-lampu
kecil bersinar kuning menerangi beberapa sudut, memberikan kesan tempo dulu
sekali dalam café ini.
Kencana dan Randi memilih duduk di sofa pojok kiri yang
terlihat dari pintu masuk; dekat dengan meja bar dan receptionist yang dibelakangnya terdapat susunan bir dan gelas
penyajian kopi. Mereka saat itu berbicara tentang wanita, topik yang tidak
pernah ada habisnya dikalangan pria. Di pesannya french toast sebagai pelipur lidah dan perut.
Diseberang mereka terdapat beberapa meja. 2 meja
diisi pasangan belanda tua yang senang minum bir Carlsberg dan 1 meja berkursi sofa diisi oleh gerombolan pegawai
swasta sebuah bank. Terlihat dari pakaian mereka yang menggunakan blazer hitam
dan kemeja. Gerombolan itu terdiri dari 4 pria dan 5 wanita.
Tatapan salah satu wanita mengarah persis kedepan
Kencana dan Randi. Beberapa kali wanita itu memicingkan mata, seolah memberikan
tanda kedip mata sebelah, yang menunjukkan kesan menggoda pria. Kencana
memprediksi, wanita itu salah satu dari wanita yang tidak mempunyai pasangan.
Randi mengangguk-angguk saja sebagai tanda setuju.
Obrolan bersama Randi seketika berubah tentang wanita
tanpa nama yang memicingkan mata tadi. Segala macam dipikirkan mengenai
bagaimana caranya untuk mengenal wanita itu, mulai dari membelikan minum,
berkenalan melalui waiter, hingga
mendeteksi nama menggunakan zona wifi.
Sayang semua ide tidak ada yang dieksekusi hingga waktu menunjukkan jam 1 pagi.
Braga huis mulai undur diri. Para tamu diusir sopan
perlahan dengan menggunakan bill yang
ditagih ke masing-masing meja.
Wanita tadi itu masih menyimpan tanda tanya bagi
Kencana dan Randi.
Kenapa wanita tadi memicingkan mata?.
Tidak sengaja Kencana dan Randi keluar pintu braga
huis dalam yang waktu bersamaan dengan para pegawai bank, termasuk wanita yang
memicingkan mata tadi. Di palingkan muka Kencana tepat diwajah wanita itu, Kali
ini jaraknya sangat dekat hanya beberapa centi, tidak seperti sebelumnya yang
jauh sekali. Betapa kagetnya Kencana begitu melihat sepasang mata wanita itu tidak
serupa satu sama lainnya. Satu agak picing, yang membuatnya seakan-akan
mengedipkan sebelah mata dan satu lagi matanya normal-normal saja.
Beruntung rencana berkenalan tidak sempat dieksekusi,
kalau tidak, tentu Kencana dan Randi akan kecewa karena terlalu ge-er memahami wanita tadi.
Note :
Tips untuk pria
1. Jangan gampang ge-er
2. Lihatlah wanita dari jarak
dekat, wkwkwk…
No comments:
Post a Comment