Sunday, November 30, 2014

Fanita

Nama wanita itu bernama Fanita, usia nya sudah menginjak umur 25. Wajahnya cantik jelita berkulit putih seperti kulit gadis Eropa. Matanya syahdu, hidungnya bangir, rambutnya terurai kebawah hingga kebahu. Ada satu yang paling menonjol berbeda dibagian wajahnya yaitu dagunya yang berbelah seperti angelina jolie. Ah....

Sangat disayangkan untuk dilewatkan momen tersebut didepan mata. Akan sangat disayangkan apabila hanya melihat sesekali. Kamu akan tergila-gila padanya apabila melihat dia berkali-kali. Apalagi jika Fanita tersebut tersenyum sesekali.. Lesung pipitnya akan tampil mempesonamu disela-sela pipi kiri.

Fanita masih tergeletak dikasur setelah operasi tadi pagi. Wajahnya tentu saja masih cantik dikelilingi bantal guling kasur yang berwarna putih. Hanya operasi ringan dibagian dada, tidak membuatnya kehilangan kecantikan paras wajahnya.

Aku menatap wajahnya untuk sekali lagi sebelum meninggalkan ruang kamar rumah sakit. Sesekali dia memperlihatkan senyum kepada para tamu yang mengunjungi. Aku ambil peralatan bersih-bersih yang kugunakan untuk membersihkan kamar Fanita karena tuntutan profesiku sebagai cleaning service rumah sakit ini.

Kamu tidak perlu menatap wajahku fani, akan kuceritakan tentang kamu melalui surat ini kepada seluruh anak negeri.

Waktu

Waktu itu berlalu bulan demi bulan begitu terasa. Sempat beberapa minggu lalu terasa sesak didada, berharap kucuran dana dari Sang Pencipta jatuh kebumi begitu saja.

Sempat kuragu apa semua ini akan berlalu. Tiupan topan sangat kencang melahap seluruh lapisan kulitku yang berwarna coklat. Panas matahari menyengat lapisan luar bulu romaku. Membuatku semakin hitam kelam dan jatuh kedalam larutan kehidupan yang bernama larangan.

Aku mau pergi, pergi jauh kelangit ketujuh. Berharap akhir sebuah kata surga.

Tapi jalan itu masih panjang. Bulan demi bulan berganti menjadi minggu demi minggu, hari demi hari. Sesak sesak harus dilalui, dengan senyuman lantang, suara teriak, wajah berontak.

Terdiam ku duduk sesaat. Ditelinga kiriku aku mendengar suara berujar "Ayo semangat kawan. Apapun yang menerpamu, aku akan selalu disisimu". Sementara ditelinga kananku terdengar "Sudah berakhir kawan, cepat hampiriku".

Kuharap tiada suara-suara tersebut menganggu. Fana,.. hilang... 

Monday, November 03, 2014

Jam 5 sore

Hiruk pikuk jalan raya didepan Mall Ambasador dan ITC Kuningan mulai ramai, seramai-ramainya lautan kendaraan dan manusia-manusianya apabila mendekati jam 5 sore waktu Indonesia bagian Jakarta Selatan. Mulai dari supir-supir angkot, mikrolet hingga bus AC berebut penumpang yang semenjak pukul 4 sore rela berjumpalitan hanya untuk mendapatkan tempat duduk jok yang keras. Itupun apabila kendaraan sesak, panas-panasan dan dempet-dempatan merupakan kepastian. Ya tentu saja enak ya apabila sebelah kita itu Luna Maya atau Ariel vokalis Peterpan (sekarang NOAH, red) tentu saja saya dan kamu toh akan rela bersumpek-sumpekan :).

Tidak kalah dengan kendaraan umum, mobil-mobil pribadi yang berparkir sedari pagi di kawasan Mega Kuningan dan HR. Rasuna Said sudah siap landas begitu mendengar suara lonceng jam 5 sore berdentang. Arah Casablanca jam segitu sudah pasti padat merayap. Begitu juga arah Sudirman. Ditambah lagi mobil yang akan melalui Jl. MH. Thamrin dan Jl. Sudirman akan terkena three in one, jadilah para nebengers alias joki three in one sudah siap melambaikan tangannya mencegat semua mobil yang berpenumpang satu ataupun dua orang saja. Menambahan kepenatan suasana jam 5.

Ini adalah tampilan sehari-hari kawasan Mega Kuningan didepan Mall Ambasador. Maklum ini Jakarta bung, sudah sejak dulu memang seperti itu. Tak usah khawatir akan presiden yang baru, kota ini sedari dulu sudah berjalan otomatis praktis tanpa kamu ada disisiku, iya kamuuu... :).

Dari sekian orang terdapatlah Radit, seorang wanita pekerja keras disalah satu perbankan Mega Kuningan dan berkantor tepat diseberang ITC kuningan. Kantornya sih megah nian hingga kelantai 28. Tapi gajinya?, kembang kempis setiap tanggal 28, karena akan habis untuk biaya bulanan. Cicilan biaya untuk anak, hingga cicilan untuk pakaian.

Radit menghirup nafas dalam-dalam begitu jam tangan menunjuk angka 5 sore. Ini saatnya bermacet-macetan bagi dia. Dia hanya satu diantara ribuan manusia yang akan melewati jalan Casablanca setiap harinya. Jangan tanya pulangnya bagaimana?, Helikopter atau Pesawat?, ah jangan menghayal kamu para pembaca. Radit ini hanya menggunakan motor roda dua untuk pulang pergi dari Depok menuju kantornya. Jauh?, ah sudah biasa bagi dia. Untung motornya matic, kalau tidak, tentu betisnya sudah tidak berkutik.

Semestinya Radit ini minimal naik Taksi pulangnya loh, minimal disupiri supir pribadi sekelas silver bird. Ini karena wajah Radit yang cantik, wajahnya tidak pas-pas an untuk wanita seumuran 35-an. Hidung mancung, mata hitam tajam dan rambutnya yang gemulai seperti iklan shampo merek Emeron dengan tag line "emeron.. emeron.. emeron gaya rambut.. kaya pesona....".

Sungguh sangat disayangkan apabila dia naik motor, sudah pasti rambutnya yang panjang akan rusak berteriak apabila terkena asap knalpot ibukota. Dan tidak lucu apabila asap hitam itu menjadi make up raut mukanya yang mempesona, pasti jadi anggota serial TV ukauka. Toh mau bagaimanapun juga, untuk kesekian kalinya Radit harus menghadapinya. Tidak masalah senin atau selasa, hari minggu atau hari ungu, hari galau atau unyu... apabila jam menunjukkan pukul 5, jalanan semacet apapun siap dijabaninya.

Dinyalakan motor roda duanya itu di area parkir basement 3. Motor itu hasil keringatnya sendiri selama 5 tahun bekerja di salon wanita ternama di Kemang. Suaminya sama sekali tidak membantu untuk membeli motor tersebut, bahkan sepeser pun. Yang ada cerita, setiap pengasilan suaminya Radit hanya digunakan oleh suaminya itu untuk berkaraoke dan menjaja berbagai wanita di kawasan Kota. Oh banyak juga cobaan hidupmu Radit, selain kemacetan jalan raya, kamupun harus menghadapi masalah keluarga.

Brmm.. brmm... motor Radit jalan perlahan menuju pintu karcis. Tapi perlahannya tersebut tidak bermanfaat, hanya sepersekian detik siap melesat pintu keluar, motornya yang baru keluar pintu karcis, tiba-tiba disalip oleh anak muda dari arah samping pintu keluar. Hampir saja Radit terjerembab, untung dia stabil memegangi stang motornya, apabila tidak, tentu Radit sudah terjatuh terguling-guling tanpa permisi. Emosi Radit terbangkit seketika, entah itu karena masalah keluarga atau masalah jam 5, yang pasti dia sudah menggeber motor-nya dengan sekuat tenaga akibat kejadian itu. Motor anak muda yang tadi mengagetkan itu adalah Yamaha RX-King, motornya para pekerja tukang ojeg, yang pasti bukan motor Kamen Raider so pasti lah ya. Anak muda menuju arah tanah abang bukan casablanca, arah kebalikan dari jalur pulang Radit. Ah Radit tidak mau tau, mau itu anak muda or nyai-nyai, mau arah surabaya atau madura, dia sudah menyebabkan dirinya bisa-bisa celaka karena muncul begitu saja di pintu keluar tadi.

Radit yang bermotorkan Yamaha Mio, selalu berkeyakinan dialah yang terdepan, segera dipacu motornya menuju tanah abang, meski itu bukan arah rumahnya yang semestinya harus melewati casablanca menuju depok, iya tidak peduli, nafsu emosi sudah diubun-ubun.

Anak muda itu tidak tau kalau ada yang membuntuti. Didalam pikirannya ia hanya menyerempet sana sini, demi menuju rumahnya di tanah abang.

Lupakan detailnya bagaimana.. Akhirnya posisi pada saat itu Radit berhasil berjajaran dengan anak muda, bak pahlawan bertopeng, Radit segera membuka helm nya, rambutnya Emeron nya terurai seperti bendera berkibar. Tanpa banyak babibu.. langsung saja ditimpanya helm tersebut tepat kebagian kanan kepala anak muda tersebut. Anak muda itu kaget terpental hingga terjerembab menuju bak sampah yang berada dipinggir jalan raya, lalu terpungkur menuju tanah.

Sungguh kejam, tapi sangat perhitungan. "Rasain, biar tau rasa" ........ ujar Radit...

Jam 5 sore... Jakarta menyimpan segala kekesalan terpendam berbagai penghuninya. Seorang wanita pun sanggup melupakan rasa...


Jakarta, 3 November 2014
Menara Kadin








Warna Warni Hidup Baru

Gerombolan putih itu menuju ruangan besar menyerupai langit langit...

Langit ruangan berwarna cerah tapi merah, merah seperti darah. Berdegup-degup kencang setiap detik... Sempat beberapa kali terdengar dentuman suara bergema seperti bunyi raksasa yang hendak bangun dari tidurnya....

Sebaliknya.. Gerombolan putih, tidak berwarna, hanya berwujud seperti bola voli. Ah putih kan itu hanya rupa warna, putihnya mereka tidak seperti putih biasa, menyerupai warna air, transparan, jernih, yang apabila disinari oleh matahari akan terpantul gambar pelangi. Merah, kuning, hijau dilangit yang biru..

Perlahan-lahan.. Mereka kini berjumpa, berdua... bagaikan magnet yang bersatu kutub minus dan plus... gerombolan putih mulai menyatu satu persatu dengan langit merah... menempel, merayap hingga mereka berubah warna menjadi jingga..

Hanya jingga...

9 bulan lamanya akhirnya berakhir.. Kini mereka hidup menjadi satu.. menjadi bayi.. yang bernama sadhu...