Thursday, August 04, 2011

Tragedi Sendal Jepit Alpina

"Cuaca pukul 2 siang. Areal masuk blok m mall, persis didepan blok m plaza, suasananya sangat ramai dan silau panas. Mobil dan metromini, salip menyalip dibawah jembatan penyeberangan. Pelataran parkiran di sepanjang blok m mall, amat padat, kombinasi antara mobil parkir, orang lalu-lalang, penjual pakaian, dan para pembeli yang terdiri dari ibu-ibu muda hingga kakek2 renta"

Gerombolan anak SMP berjumlah 5 orang itu turun dari bis metromini 74 jurusan rempoa-blok m, dimana pemberhentian yang terakhir, kali ini di sisi terminal blok m, di halte yang paling ujung. Pakaian mereka seadanya. Ada yang memakai kaos bola, kaos emaknya, kaos bapaknya, malah ada yang memakai kaos kutang dan yang terakhir masih mengenakan baju seragam smp. Selepas pulang dari sekolah pukul 13:00 tadi dari SMP Gegap Gempita, mereka segera keluar menuju jalan raya dan menyegat metromini 74. Ini mereka lakukan secara berencana selepas jam istirahat tadi pagi. Mereka pergi ke blok m tanpa pamit kepada orang tua nya terlebih dahulu.
Sebelumnya sebagian dari mereka telah menitipkan sepatu di ibu2 penjual mie rebus kantin sekolah untuk diganti dengan sendal yang telah mereka siapkan sebelumnya dari rumah. 2 anak memakai sendal jepit merk Bata yang harga satunya adalah Rp 11,000, 2 anak masih memakai sepatu yg harganya masing-masing sekitar Rp 100,000, sedangkan satu orang bernama cepi, yang masih mengenakan seragam sekolah, memakai sendal gunung nya terbaru yang bermerek alpina, harganya Rp 25,000 dan baru dibeli seminggu lalu.
Oh ya, satu hal yang sama, ke lima nya masih menggunakan celana pendek seragam sekolah yang berwarna biru tua dan tingginya di atas dengkul, sehingga bisa terlihat paha.

Tujuan mereka hari ini cuma satu, yaitu arena permainan ding-dong selayaknya timezone yang terletak di Pasaraya. Mall yang tinggi besar, didalamnya ada pertokoan Seibu, dan dilantai 6 nya merupakan areal permainan untuk anak-anak seusia SD, SMP hingga SMA. Satu koin permainan game nya cukup mahal untuk anak SMP, yaitu Rp 1000 rupiah. Ada permainan sepakbola FIFA, tembak menembak Time Crisis, Tinju meninju sansak buatan dan lempar melempar bola basket kedalam keranjang. Dari game tinju dan basket, tujuannya adalah untuk mendapat point tiket yang bisa ditukar nantinya dengan alat tulis and aksesoris lainnya. Pasaraya merupakan gedung yang terletak di ujung ke tiga di areal kawasan blok m. Awal nya adalah blok m plaza, lalu blok m mall, baru setelah itu Pasaraya.

Gerombolan anak SMP itu turun di terminal blok m yang terletak di sebelah blok m mall. Mereka harus ke arah utara untuk menuju Pasaraya. Setelah turun dari bis, mereka harus melewati terowongan lobby terminal yang berjejal dengan pakaian-pakaian toko robinson, dan berbagai tempat makan yang salah satunya bernama mie aceh di bawah salah satu anak tangga lobby. Ujung dari terowongan terminal blok m ini akan langsung berhadapan dengan Pasaraya.

Kurang lebih 5 menit, akhirnya mereka mencapai ujung terowongan. Baru saja mereka keluar dari terowongan, dan menghirup nafas udara luar, datang tiba-tiba gerombolan anak SMA acak adut. Acak adut dalam arti tampang mereka selayaknya preman pasar tapi masih level SMA. Mereka pun berjumlah sama, yaitu berlima. Salah satu nya yang berwajah sangar, memakai topi, berkaos hitam yang bertuliskan Napalm Death, bersendal jepit merk swallow, tapi masih bercelana SMA yang berwarna abu-abu, langsung memegang pundak si cepi dengan tangan kiri sambil mengancam akan mengeluarkan pisau dibalik ikat pinggangnya dan berkata "ikut gue lo, klo macem-macem gue tusuk lo!".. Suaranya lantang tepat di telinga kanan si cepi. Cepi begitu tegang sekali, dia hanya mengangguk begitu saja. Padahal siswa SMA itu hanya membawa spidol di ikat pinggangnya. Entah kenapa dipilih nya si cepi, mungkin jodoh? or mungkin karena tampang cepi yang tidak pernah happy?.
Begitu juga dengan teman-teman si cepi. Semua nya sudah ditodong dan dikawal satu-satu oleh gerombolan SMA acak adut itu.
Diarak lah kelima gerombolan SMP itu oleh kelima gerombolan SMA, dan dimulai dari pintu keluar terminal blok m. Cepi terpisah jarak 100 m didepan teman lainnya. Karena anak SMA yang berwajah sangar dan yang sebelumnya menodong cepi itu mengajak untuk 100 langkah lebih cepat dari teman-temannya. Sebutlah yang bersama cepi ini sebagai preman SMA. Kali ini preman SMA itu bertanya dengan nada hardik tinggi,

"Ada uang berapa lo?".

Cepi menjawab dengan pelan, "Ada nya Rp 3000 bang".

"Ada ongkos pulang kagak lo?", hardik preman SMA itu, *entah ini rasa iba or salah pertanyaan.

"Cuma tinggal segitu uang nya bang". Balas cepi

Cerita mulai ngalor ngidul tidak karuan setelah pertanyaan awal itu, mulai dari pertanyaan pribadi hingga pelajaran di sekolah. Tidak disangka sembari bercerita, mereka sudah melewati SMA 6, GOR bulungan, hingga jalan mahakam. Preman itu rupanya paham seluk beluk daerah blok m. Diceritakannya dikala malam ada PSK yang wajahnya mirip artis, seperti tamara blezinski dan ada juga seperti desi ratnasari. Entah apa tujuan preman SMA ini, ingin memalak atau mencari teman curhat.
Sampailah diakhir perjalanan cerita itu, mereka berhenti di depan gerbang SMA 70. Ditanya kembali oleh sang preman dengan tampang penasaran,

"Jadi uang lo ada berapa?".

Cepi menjawab "bener bang cuma ada Rp 3000".

Kali ini preman mulai terdiam. Melihat tampang itu, segera saja si cepi memberi solusi,

"bagaimana kalau di ganti sendal alpina saya ini bang?, harganya Rp 25,000 loh".

Mendapat ide seperti itu, preman SMA pun langsung mengangguk tanda setuju dan saking senangnya mendapat solusi dia berbaik hati menukarkan sendal jepit miliknya dengan sendal alpina milik cepi.
Perputaran bisnis begitu lancarnya antara kedua pria SMP dan SMA ini. Preman itu lalu mengucapkan terima kasih dan sampai jumpa, sungguh sopannya preman ini hanya diakhir sesi memalaknya saja.

Cepi sebenernya bernasih untung sekaligus buntung. Dia beruntung karena teman-teman lainnya malah diambil tas, kaos dan beserta uang2 nya. Dan cepi masih punya sendal, tidak seperti teman lainnya yang malah tidak beralas kaki.
Dibalik beruntungnya cepi, tentu ada cerita yang buntung.
Memang, dia berhasil membohongi preman itu dengan mengaku uang nya cuma Rp 3,000. Padahal di saku celana belakangnya ada uang Rp 15,000. Tapi menyesal memberi saran dan dia tidak berbohong untuk urusan sendal alpina nya yang seharga Rp 25,000.
"Eh eh, kenapa tadi aku usul ngasih sendal ku ya?, jadinya malah rugi nih, rugi Rp 10,000 (Rp25,000-Rp15,000), salah perhitungan aku", ucap cepi dalam hati. Kini dia sadar kalau ilmu matematikanya sangatlah tidak teliti.
Cepi menjuluki peristiwa pemalakan itu dengan "tragedi sendal jepit alpina". Untuk mengingatkannya, agar kedepan lebih baik dalam menipu preman SMA, dan menggunakan perhitungan matematika yang sebenarnya

Note : Bagi yang masih SMP dan SMA, ijinlah ke orang tua sebelum pergi kemana-mana. Klo yang anak SD dan yang udah kuliah gimana yah?, hihihi

No comments: