Monday, June 27, 2011

Kereta api romansa, bulan 7 tahun 2007

"Senen.. senen..", "blok-m.. blok-m", teriakan menganga dilontarkan para kenek yang bernama kerennya adalah kondektur. Perang antara bus patas AC yang katanya high class karena ber AC dan mengaku diproduksi merci, bernomor 44 jurusan ciledug-pasar senen, berhadapan dengan bus kelas teri yang bernama metromini jurusan ciledug-blok m, yang kali ini rangka body bus-nya merupakan karya dalam negeri.
Terik panas dan suara kondektur di pukul 12 tepat itu tidak di gubris sebagian puluhan badan manusia penunggu bus dibawah naungan payung halte petukangan utara. Hanya beberapa yang berhasil menaiki patas AC 44. Sebagian besar manusia itu memilih berdiam diri sambil berbasa-basi dengan telepon pribadi dan sekaligus memesan minuman aneka rasa untuk menghilangkan dahaga dikerongkongan mereka. Ada tukang es cendol dan es kelapa disana rupanya, pantas saja mereka cuek-cuek lugu meskipun sudah tau banyak supir bus menunggu, toh mereka tau masih banyak bus lain bahkan taksi dibelakang untuk dicegat nantinya. Pemandangan sehari-hari wilayah jalan besar ciledug raya yang masih berlangsung hingga kini di bulan 7 tahun 2007.
Sementara itu di dalam sebuah patas AC 44 yang kata nya high class. Disebut ber-kelas dikarenakan bus ini merupakan sarana penghibur ragawi dikala cuaca diluar panas 30 derajat celcius ditambah asap timbal nan bejat dari para pengendara kendaraaan beroda empat. Salah satu penumpang yang naik tadi bernama joni. Dilihatnya seisi suasana didalam bus. Para penumpang sangat menggeliat untuk bersender dekat jendela. Joni mendapat satu tempat di ujung pojok belakang bersama penumpang lainnya yang membawa gitar dan rebana. Rupanya itu adalah golongan pengamen ibukota yang bergaya koboi dan india. Bau aroma tak berparfum duduk bersama mereka. Mulai dari bau kayu tua, bau baju bekas dan bau keringat yang membasah disekujur dada pengamen yang ditumbuhi rambut layaknya hutan gambut. Personil mereka hanya bertiga, salah satu memetik gitar, satunya lagi memukul pantat selayaknya menghukum anak nakal yang kali ini ditujukan ke alat rebana, dan yang terakhir tidak memegang apa-apa dan bertugas hanya olah suara. Jangan dibayangkan mereka akan menyanyi dengan seadanya, mereka ini adalah artis ibukota, meski tanpa papan nama artis tercantum di televisi dan gedung-gedung tinggi. Para artis ini menunggu tampil hanya ketika bus 44 sampai benar-benar padat dan macat (macet). Jalur ciledug raya kali ini sudah mengarah ke arah kebayoran lama dan terjebak di Cipulir untuk 1 jam lebih lamanya, apalagi kalau bukan karena simpang tiga beratapkan lampu merah, kuning , hijau yang sejak tempo dulu tidak dihiraukan pengguna jalan raya. Ada rupanya biang keladi kemacetan cipulir yang lain, yaitu Pasar nya yang sangat terkenal. Pasar ini berkonsep semi mall yang sengaja dibuat menjulang 4 lantai. Terkenal akan tekstil dan juga banjir hingga se-ujung kepala akibat adanya kali cipulir dan para masyarakat yang saking tajirnya membuang sampah pada tempat yang mengalir yaitu kali cipulir. Lalu para artis ibukota mulai beraksi. Joni tergeleng-geleng kepalanya begitu alunan suara sang pengamen alias artis ibukota berjuntai-juntai nada tinggi rendah menyanyikan lagu begadang selayaknya rhoma irama dan diakhiri dengan gaya mari berdendang versi dono, kasino dan indro dalam warkop dki.
Joni, yang untuk kesekian kali ini akan melanjutkan kuliahnya kembali di perguruan tinggi yang tiada henti. Dia memulai tahun ke tiganya dikota kesayangan para pria yaitu bandung. Sudah 7 kali dia kembali ke bandung di tahun 2007. Tahun dimana dia mulai mendapat obsesi bahwa kuliah harus membutuhkan IP tinggi agar bisa melamar anak gadis yang mempesona apalagi kalau bukan bank-bank seperti BCA dan lainnya. Saat ini terbayang-bayang masa-masa 2 bulan lalu didalam ingatan Joni, ketika dia melihat papan pengumuman didinding tata usaha. Tertulis, "lowongan BCA, dibutuhkan fresh graduate dengan IP minimal 3.25". Menohok sampai tersedak terasa ditenggorakan begitu joni membaca tulisannya. "Ah", begitu suara mendesah keluar dari bibir joni yang hitam merah begitu mengingat lowongan itu. Rambutnya yang hitam lurus dan kelam diusapnya hingga kebelakang. Kaos singlet putih polos, celana blue jeans yang memutih diselingi sepatu converse adalah pakaian rata-rata mahasiswa seumurannya yang kini dipakai oleh joni.
Bus sudah melaju hampir menuju monas. Sebentar lagi joni akan berhenti di stasiun kereta gambir untuk menaiki kereta api jurusan jakarta-bandung. "Yak yang gambir, yang gambir", teriak sang kondektur dengan nada datar tidak seperti ketika dia berupaya menggaet penumpang. Bersegeralah turun joni. Langsung dituju loket domestik yang beralamatkan bandung. Jam sudah menunjukkan pukul 2 siang. Pilihan hanya 2 kereta yang berbeda merek dan berbeda loket. Antrian sudah menjulur panjang kebelakang untuk loket 1. Mungkin ini karena nama keretanya yang sungguh cantik, parahyangan namanya. Pantas saja mulai dari mojang-mojang hingga para pelancong mulai baris berbaris mengantri selayaknya tontonan anggota upacara paskibra begitu loket dibuka sedari tadi. Harga yang ditawarkan pun cukup menarik yaitu Rp 35,000 untuk ekonomi dan Rp 45.000 untuk bisnis. Tak tahan melihat antriannya, segera mata joni menoleh kearah loket lainnya yang sepi 2 sampai 10 orang saja. Loket bernomor 2, kali ini nama kereta nya tidak mencerminkan cantiknya wanita. Iya hanya bertuliskan nama argogede dan cantuman harga selangit untuk kantong mahasiswa sebesar Rp 65,000. Kantong belakang joni dirogoh untuk melihat kondisi "harga saham" didompetnya. "Wah, masih ada Rp 100,000 nih", ucap Joni didalam hati. Padahal meringis hati, begitu sadar kalau itu adalah jatah untuk seminggu berikutnya. Entah kenapa dimantapkan hati joni ketika itu untuk melangkah ke loket tersebut. Dan segera dilupakan bayangan untuk 1 minggu kedepan kalau dia hanya makan nasi beserta lauk indomie.
Jam 2.30 siang kereta itu akan berangkat. Masih ada 20 menit lagi tersisa. Disempatkan oleh joni untuk sholat di mushola dan tidak lupa melihat pemandangan tembok dinding berwarna hijau kokoh yang mendominasi arsitektur bangunan stasiun gambir. Sang arsitek membuat warna hijau, mungkin karena kecintaannya akan duit dollar amerika, atau pohon-pohon di pulau jawa yang habis diterkam oleh ganasnya manusia dan bangunannya.
"Jreg.. jreg.. jreg", kereta mendayu laju dari arah senen menuju gambir dimana para calon penumpang kereta argogede yang sedari tadi duduk terlena di atas bangku plastik dan sebagian lagi beralaskan koran di ubin aspal sudah menunggu sekian lamanya. Kereta pun berhenti, satu persatu para penumpang memeriksa gerbong dan nomor duduk mereka masing-masing. Joni kebagian di gerbong 4 bernomor tempat duduk 22B. Tempat duduknya dibagian pinggir kursi yang sering dilalui pejalan lain dan bukan disebelah jendela. Bangku kursinya teramat nyaman karena terbuat dari busa tebal diselingi bantal dan semerbak tiupan AC yang dingin, seakan-akan kita serasa di kota bandung, meski masih di kereta. Datang tanpa permisi tiba-tiba seorang wanita dari arah kanan joni untuk duduk disebelahnya yaitu kursi bernomor 22A. Hanya warna kulit sawo matang, dan rambut yang kemerahan-merahan akibat sinar matahari adalah awal berpapasan yang joni lihat dan ingat dikala berjumpa pertama kali. Dan itu cukup membuat jantung hati joni berdegup kencang, selayaknya binatang mamalia jantan yang melihat mamalia betina setelah berbulan-bulan lamanya di hutan belantara, meski tidak tahu menahu seperti apa bentuk rupa sang betina, pasti sang jantan akan suka. Penasaran joni dibuatnya, untuk menuju kearah lebih dalam yaitu perkenalan. Ada begitu banyak wanita cantik di jakarta, tapi yang kali ini menurut joni berbeda, wanita itu punya medan magnet yang tinggi dan bisa menarik hati selayaknya besi berani. Segera dirapihkan rambut joni kebelakang lehernya dengan satu telapak tangan kanan sembari melirik kekiri untuk memastikan sekali lagi kalau sebelahnya adalah wanita mempesona dan bermagnet besi berani. "Gleg", joni menelan ludahnya sendiri. Hanya satu detik saja kesempatan melirik, tapi 1 jam tersimpan didalam memori. Rupanya dia adalah gadis seumuran layaknya joni. Berkacamata hitam tebal, berwajah sendu dan cantik luar biasa di balik topeng kacamata minus nya. Hidung nya mancung layaknya putri diana. Rambut nya lurus sampai kebahu. Salah satu belahan rambutnya menutupi tangkai kacamata kiri hitamnya. Guratan hitam dibawah kelopak matanya menandakan gadis itu sering mengalami insomnia. Joni mengambil ancang-ancang untuk kebelakang. ditemani deretan bunyi pluit tanda untuk keberangkatan kereta. Joni kini menuju layar kaca. Ya, kaca yang berada dibelakang. tepatnya di toilet. Kali ini dia menghadap cermin. Membasuh muka sembari berdoa. Didalam doanya dia ingin diberi kemudahan untuk bisa berkenalan dengan gadis tersebut. Mulutnya mulai komat-kamit membaca mantra, yang kali ini adalah ketujuh kali-nya, yang diberikan teman-temannya selama dijakarta. "Wes ewes ewes, cir cakadut cakadut..", ucapnya dengan lantang didepan cermin. Sudah berhasil diucapkan semua mantra oleh joni, seketika timbul keberanian yang menggelora dihati dan pikirannya. Dibuka pintu toilet dan diarahkan kembali langkah kaki joni ke kursi nomor 22. "Hai", itu kata pertama yang diucapkan joni sambil mengambil posisi duduk dan melirik wajah sang gadis dengan hati-hati. "Iya..", ucap gadis itu. Kali ini mulut joni ternganga, bukan akibat melihat kondektur berteriak jurusan ciledug - pasar senen, tetapi karena melihat dua gigi putih bersinar disertai senyuman yang menggoda. "Kayaknya pernah ketemu", lanjut joni, itu adalah kata awal yang ia pelajari dari buku-buku perpustakaan, toko buku gramedia dan juga info dari teman-temannya jikalau berkenalan dengan wanita. "Sorry, kayaknya tidak pernah ketemu kok kita", ucap gadis itu dengan mantap dan sambil leher beserta wajahnya yang cantik menggoda melengos kearah jendela. Kali ini joni diam membisu, teringat mantranya hanya berlaku untuk melangkahkan kaki dengan sempurna, teringat akan pelajaran dari buku kalau setelah kata tanya lalu dijawab "sorry" sambil menoleh kearah lain itu belum pernah disinggung bagaimana cara mengatasinya.
Perjalanan tiap sebulan sekali dari bus hingga kereta api dari jakarta ke bandung seakan-akan tidak dapat menemani sehari-hari hati nya joni. Kali ini adalah yang ketujuh. Ketujuh kalinya joni kehabisan kata-kata di kereta api, dan lagi-lagi didepan wanita.

3 comments:

Chaidir said...

wkwkwk.... jurus sksd nya kagak berhasil...

btw, dah lama nih gak naek bianglala 44 lagi...

Ananto Veryadesa said...

hahaha.. bis kesukaaan anak2 ciledug raya tuh, hahahaa

IBU RISKA said...


Saya ibu hayati ingin berbagi cerita kepada anda semua bahwa saya yg dulunya cuma seorang TKW di HONGKONG jadi pembantu rumah tangga yg gajinya tidak mencukupi keluarga dikampun,jadi TKW itu sangat menderita dan disuatu hari saya duduk2 buka internet dan tidak disengaja saya melihat komentar orang tentan MBAH KABOIRENG dan katanya bisa membantu orang untuk memberikan nomor yg betul betul tembus dan kebetulan juga saya sering pasan nomor di HONGKONG,akhirnya saya coba untuk menhubungi MBAH KABOIRENG dan ALHAMDULILLAH beliau mau membantu saya untuk memberikan nomor,dan nomor yg diberikan MBAH KABOIRENG meman betul2 terbukti tembus dan saya sangat bersyukur berkat bantuan MBAH KABOIRENG kini saya bisa pulang ke INDONESIA untuk buka usaha sendiri,,munkin saya tidak bisa membalas budi baik MBAH KABOIRENG sekali lagi makasih yaa MBAH dan bagi teman2 yg menjadi TKW atau TKI seperti saya,bila butuh bantuan hubungi saja MBAH KABOIRENG DI 085-260-482-111 insya ALLAH beliau akan membantu anda.Ini benar benar kisah nyata dari saya seorang TKW.. KLIK GHOB 2D 3D 4D 6D DISINI















Saya ibu hayati ingin berbagi cerita kepada anda semua bahwa saya yg dulunya cuma seorang TKW di HONGKONG jadi pembantu rumah tangga yg gajinya tidak mencukupi keluarga dikampun,jadi TKW itu sangat menderita dan disuatu hari saya duduk2 buka internet dan tidak disengaja saya melihat komentar orang tentan MBAH KABOIRENG dan katanya bisa membantu orang untuk memberikan nomor yg betul betul tembus dan kebetulan juga saya sering pasan nomor di HONGKONG,akhirnya saya coba untuk menhubungi MBAH KABOIRENG dan ALHAMDULILLAH beliau mau membantu saya untuk memberikan nomor,dan nomor yg diberikan MBAH KABOIRENG meman betul2 terbukti tembus dan saya sangat bersyukur berkat bantuan MBAH KABOIRENG kini saya bisa pulang ke INDONESIA untuk buka usaha sendiri,,munkin saya tidak bisa membalas budi baik MBAH KABOIRENG sekali lagi makasih yaa MBAH dan bagi teman2 yg menjadi TKW atau TKI seperti saya,bila butuh bantuan hubungi saja MBAH KABOIRENG DI 085-260-482-111 insya ALLAH beliau akan membantu anda.Ini benar benar kisah nyata dari saya seorang TKW.. KLIK GHOB 2D 3D 4D 6D DISINI