Wednesday, April 25, 2012

Picing


Ubin-ubin lantai keramik yang menggantikan fungsi aspal di jalan braga; jalur wisata kota tua arsitektur belanda di bandung, mulai pecah kotak demi kotak karena derasnya hujan di wilayah kota.

Kencana melanjutkan tempat spend time selanjutnya di jalan braga. Dia menuju braga huis, tempat favorit menghabiskan malam-malam dingin dengan membeli secangkir kopi Aceh gayo yang disajikan dalam gelas french press.

Malam ini ia tidak sendiri, datang bersama temannya yang bernama Randi; TKI dari Arab Saudi yang kebetulan sedang libur dan ingin spend time juga di bandung.

Braga huis, berdesign interior bata-bata putih dan berlangit tinggi joglo. Tempat duduknya ada yang berupa sofa dan ada juga berupa kayu yang terbuat dari pohon meranti. Di dindingnya terdapat berbagai macam figura foto unik yang yang merajuk quote dari penyanyi terkenal masa lalu, seperti John Lennon dan Bob Marley. Susunan lampu-lampu kecil bersinar kuning menerangi beberapa sudut, memberikan kesan tempo dulu sekali dalam cafĂ© ini.   

Kencana dan Randi memilih duduk di sofa pojok kiri yang terlihat dari pintu masuk; dekat dengan meja bar dan receptionist yang dibelakangnya terdapat susunan bir dan gelas penyajian kopi. Mereka saat itu berbicara tentang wanita, topik yang tidak pernah ada habisnya dikalangan pria. Di pesannya french toast sebagai pelipur lidah dan perut.

Diseberang mereka terdapat beberapa meja. 2 meja diisi pasangan belanda tua yang senang minum bir Carlsberg dan 1 meja berkursi sofa diisi oleh gerombolan pegawai swasta sebuah bank. Terlihat dari pakaian mereka yang menggunakan blazer hitam dan kemeja. Gerombolan itu terdiri dari 4 pria dan 5 wanita.

Tatapan salah satu wanita mengarah persis kedepan Kencana dan Randi. Beberapa kali wanita itu memicingkan mata, seolah memberikan tanda kedip mata sebelah, yang menunjukkan kesan menggoda pria. Kencana memprediksi, wanita itu salah satu dari wanita yang tidak mempunyai pasangan. Randi mengangguk-angguk saja sebagai tanda setuju.

Obrolan bersama Randi seketika berubah tentang wanita tanpa nama yang memicingkan mata tadi. Segala macam dipikirkan mengenai bagaimana caranya untuk mengenal wanita itu, mulai dari membelikan minum, berkenalan melalui waiter, hingga mendeteksi nama menggunakan zona wifi. Sayang semua ide tidak ada yang dieksekusi hingga waktu menunjukkan jam 1 pagi.

Braga huis mulai undur diri. Para tamu diusir sopan perlahan dengan menggunakan bill yang ditagih ke masing-masing meja.
Wanita tadi itu masih menyimpan tanda tanya bagi Kencana dan Randi.
Kenapa wanita tadi memicingkan mata?.

Tidak sengaja Kencana dan Randi keluar pintu braga huis dalam yang waktu bersamaan dengan para pegawai bank, termasuk wanita yang memicingkan mata tadi. Di palingkan muka Kencana tepat diwajah wanita itu, Kali ini jaraknya sangat dekat hanya beberapa centi, tidak seperti sebelumnya yang jauh sekali. Betapa kagetnya Kencana begitu melihat sepasang mata wanita itu tidak serupa satu sama lainnya. Satu agak picing, yang membuatnya seakan-akan mengedipkan sebelah mata dan satu lagi matanya normal-normal saja.

Beruntung rencana berkenalan tidak sempat dieksekusi, kalau tidak, tentu Kencana dan Randi akan kecewa karena terlalu ge-er memahami wanita tadi.

Note :
Tips untuk pria
1.    Jangan gampang ge-er
2.    Lihatlah wanita dari jarak dekat, wkwkwk… 

No comments: