Monday, April 23, 2012

Spend time


Spend time

Kencana menghisap sebatang rokok tipis berlogo avolution hingga menohok kedalam kerongkongan. “uhuk.. uhuk..arrg…”, di keluarkannya rasa batuk yang gatal itu dari tenggorokan.

Ia masih duduk disana termenung untuk sekian menit selanjutnya. Posisinya menghadap ke jalan merdeka; starbucks coffee, deretan meja terluar smoking area, beratapkan payung canopy. 1 meja terdiri dari bangku berjumlah 3 buah. Ia memilih duduk di bangku tengah,
Dimejanya terdapat majalah tempo terbitan terbaru minggu pertama bulan April, sebungkus rokok avolution dan kopi Americano ukuran tall yang dicampur 3 sachet gula untuk memaniskan rasa asam kopi robusta. Satu batang rokok yang membuatnya terbatuk tadi masih ia genggam; ukuran batangnya tinggal setengah.

Halaman cover majalah tempo itu masih tetap berada diposisinya, covernya berjudul “Tangan Jakarta di Serambi Mekah”. Asap nikotin masih mengepul-ngepul dari tenggorokan dan hidung Kencana. Tidak mau Kencana menyentuh majalah tempo sebelum rokok digenggamannya habis. Pikirannya masih melaju melawan arah jarum jam. Tatapannya masih kedepan melihat lalu lalang kendaran roda dua dan empat yang melaju tanpa kenal waktu. Di ingat-ingatnya kegagalan yang melanda siang hari tadi mengenai bisnis nya tidak berjalan kemana-mana,

“Fiuuuh..”, dihembuskan asap rokok untuk kesekian kalinya…   

Jalan merdeka pukul 5 sore itu padat. Bandung Indah Plaza sebagai pintu gerbang jalan merdeka menjadi saksi bisu puluhan pejalan kaki dan penghuni angkot. Tempat pemberhentian sementara beratus-ratus muda-mudi yang turun dari segala penjuru kota bandung dan kabupatennya.

Tepat disebelah meja Kencana, datanglah dua orang wanita yang bersegera duduk. Satu bule dan satunya pribumi, mereka berdua menggenggam minuman anti kopi. Berbicara dalam bahasa inggris yang terbata-bata. Kencana menguping sembari berpura-pura memperhatikan kendaraan dan pejalan kaki yang lalu lalang.

Wanita bule itu tinggi, berwajah standar, berambut pendek pirang, bukanlah tipe Kencana yang sedari dulu hanya menyukai perawakan sunda.

Satunya wanita pribumi, berambut hitam panjang yang dikuncir kebelakang, dan yang paling berkesan adalah wajahnya yang kesundaan; kulit kuning langsat, hidung mancung, bola mata hitam dan berbibir tebal merah merona.  

“Geulis pisan, mojang bandung nih pasti….”, lanjut Kencana dalam hati. Pikirannya kali ini tidak lagi gundah, otaknya mulai bergerilya memikirkan bagaimana caranya berkenalan dengan wanita berwajah sunda itu. Dilupakannya urusan bisnis untuk sementara waktu.

Sampai akhirnya kesempatan itu tiba. Wanita bule pergi, meninggalkan wanita sunda seorang diri. Kencana masih ragu, apakah maju atau tidak maju..Jarak Kencana dengan wanita yang hanya 1 meter saja itu terasa makin jauh. 1 meter terasa 1 kilometer, 1 detik terasa 1 jam. Tik tok tik tok waktu berganti detik menanti keputusan Kencana. Sembari menata resleting celana jeans dan merapikan kerah polo shirt warna hitamnya, Kencana lalu memutuskan untuk maju. Dia tidak mau melewatkan kesempatan didepan mata. “Saya pasti bisa”, ujarnya dalam hati.

Kencana segera mematikan puntung rokoknya, bangun dari kursi dan berpindah posisi menuju meja sebelah. “Hey mbak, bisa saya bergabung satu meja?”. Ujar Kencana dengan senyum sumringah di pipi.

“Boleh, silahkan.. santai saja”, wanita sunda itu menjawab dengan lemah lembut sembari membuka telapak tangan kiri, sebagai tanda mempersilahkan untuk duduk.
Kencana melihat sekelibat di tangan kiri wanita itu kalau ada cincin yang tertampang di jari manis kirinya. Mata cincinnya menyerupai diamond berwarna hitam, dikelilingi warna keemasan, pertanda itu terbuat dari emas.

“Ah, bukan cincin tunangan”, “Tapi itu bisa juga dianggap sebagai pertanda tunangan”. Kencana menghiraukan pikiran yang rumit dikepalanya itu. Ia segera menanyakan nama sembari menjulurkan tangan kanan, “Perkenalkan saya Kencana, nama kamu siapa?”

“Nama saya Diana”

“Tadi temannya bule yah?”

“Iya, bule jerman”

“Kamu kuliah atau kerja”

“Kuliah”

“Kuliah dimana?”

“UPI”

“Jurusan apa?”

“Sastra jerman”

Berondongan pertanyaan berderet diajukan Kencana. Iya tidak sadar sudah 5 menit berlalu tanpa pertanyaaan balik dari Diana.

Kencana mulai ragu melanjutkan obrolan karena pertanyaan hanya bertepuk sebelah tangan. Dia sebenarnya tahu kalau ini adalah pertanda bagi dia untuk mengambil langkah seribu dari meja itu. Tapi rasa penasaran tetap melanda, “daripada memikirkan bisnis, lebih baik dia memancing lagi kata-kata dari Diana”, lanjutnya dalam hati.

“Kapan kamu wisuda”

“Tahun depan mungkin”

“Terus..

“Terus..

Pertanyaan sesi kedua tetap tidak berbalas. Kali ini Kencana pikirannya tambah ruwet saja. Bisnis dan wanita menjadi dua cabang yang tidak ada ujungnya.

“Oke deh, saya permisi dulu yah”, Ujar Kencana sebagai pertanda kegagalan dia kedua kalinya, setelah bisnis, kali ini adalah wanita. Kencana melangkah pergi meninggalkan meja menuju tempat spend time selanjutnya.


Note :
Kisah ini terinspirasi dari kejadian nyata yang berulang-ulang kali melanda para pemuda-pemudi Indonesia yang adrenalinnya masih tinggi dan tidak memperhatikan tanda-tanda didepan mata.

Tips buat cowok:
1.    Berkenalan lah dengan wanita yang tidak menggunakan cincin di jari manis, berlaku untuk tangan kiri dan tangan kanan.
2.    Sudah tau pertanyaannya bertepuk sebelah tangan, ngapain di lanjutkan?, wkwkwkwkw…

Tips buat cewek:
1.    Kalau kamu pengen dideketin oleh cowok, jangan menggunakan cincin dijari manis mu yah, berlaku untuk tangan kiri dan tangan kanan.
2.    Sudah tau bertunangan, ngapain mempersilahkan cowok untuk duduk bersebelahan?, kacaauu woooo……………

No comments: