Day 1 :
“7 Hari menulis cerpen”
Judul : Tawuran
~Diambilnya sebongkah batu dipinggir jalan. Dilemparkannya sekuat tenaga kedepan agar batu itu melayang di udara sejauh-jauhnya. Tetapi, tenaga Joni kurang kuat untuk melempar batu berukuran 2 kali ukuran bola tenis itu.
Abdul dan joni mewakili siswa kelas 1-1, dari SMA Jaya yang sejak tahun 1988 terkenal urakan dan bernyali dalam urusan tawuran. Mereka berada di garis depan bersama belasan siswa kelas 1 lainnya yang masing-masing sudah dipersenjatakan aneka rupa benda berupa batu, sepatu sampai gear sepeda. Puluhan siswa kelas 2 dan kelas 3 SMA Jaya malah berada dibelakang siswa-siswa kelas 1 ini. Ya, ini merupakan tradisi siswa SMA Jaya, yang meng”ospek” junior mereka agar menjadi garda terdepan dalam setiap tawuran. Kegiatan tawuran diadakan setiap 1 bulan sekali, dengan mengunjungi SMA-SMA yang berbeda.
Sementara lawannya di ujung utara, yang kali ini mendapat kunjungan adalah SMA Budi Prasetya. Salah satu SMA bonafid, karena siswa siswinya peduli dengan lingkungan dan letaknya di Kebayoran Lama. Beberapa siswa SMA Budi prasetya ditambah junior mereka di SMP yang sama sudah bergerak maju sambil membawa bambu tumpul yang panjangnya bisa mencapai 3 m, disertai potongan batang pohon yang mereka ambil di pinggir jalan untuk bersiap-siap menghadapi serangan SMA Jaya. Tema tawuran SMA Budi prasetya adalah go green, yaitu tawuran dengan menggunakan bahan-bahan yang tersedia di pohon dan bisa di tanam lagi.
Selayaknya kegiatan pameran atau bazaar, tentu saja setiap bulan kalau SMA Jaya mengadakan tawuran, event nya selalu ramai dikunjungi para peserta pameran, yaitu kedua pihak SMA yang berkelahi dan para pengunjungnya, yaitu warga disekitar lokasi tawuran.
Suasana beberapa saat sebelum tawuran dimulai..
Lalu lintas berhenti sejenak dari masing-masing arah untuk sementara. Para warga, bapak-bapak, ibu-ibu beserta anak-anak balita wilayah kecamatan kebayoran lama, sudah bersiap-siap untuk menyaksikan arena gladiator jalanan. Diantara mereka datang sambil menggelar tikar. Ada yang mengunyah kuaci, bahkan ada yang menunggu tawuran sambil menelan kacang garuda, tentu saja tidak bersama kulitnya. Mereka ini mau datang untuk melihat tontonan life 3 dimensi didepan mata.
Umpatan dan kata kotor yang tercetus dari kedua belah pihak mulai berlangsung. Kata-kata kotor selalu dimulai dengan kata “woy”, seperti
“Woy anak mana lo?, mandi donk, kotor banget sih lo!”
“Woy asyik woy”
“Woy mana abang lo?”
Kalimat-kalimat itu sudah terdengar bersahut-sahutan. Jarak mereka kini hanya terpisah sejauh 20 m.
Joni yang bertinggi 140 cm, berbadan kurus tirus, ingin tampil bak pahlawan, dia merasa inilah saatnya yang paling tepat untuk menunjukkan nyalinya didepan teman-teman yang lain. Selama ini dia terkenal dengan julukan joni si kecil dan cupu. Dia juga merasa berani karena didepannya ada Abdul, pentolan (bos -red), dan merupakan teman yang paling ditakuti dikelas 1 tapi diidolakan oleh siswi-siswi dikelasnya, mungkin dikarenakan tampangnya Abdul yang mirip dengan pemeran sinetron ali topan anak jalanan (sinetron di TV swasta -red).
Kini tinggal menunggu pluit berbunyi. Jonilah yang memulai pluit tanda dimulainya tawuran, apalagi kalau bukan dengan sebuah timpukan batu dari salah satu pihak. Diambilnya sebongkah batu dipinggir jalan. Dilemparkannya sekuat tenaga kedepan agar batu itu melayang di udara sejauh-jauhnya. Tetapi, tenaga Joni kurang kuat untuk melempar batu berukuran 2 kali ukuran bola tenis itu. Celakanya lagi, batu itu malah mengenai Abdul, tepat dibagian tengah punggungnya. “Jedug”, begitulah kira-kira bunyi peristiwa tumbukannya. Abdul berteriak “aduh”, lalu langsung menoleh kebelakang. Dilihatnya Joni yang pura-pura bersiul-siul, perlahan-lahan menutup muka dengan kedua tangannya sambil berlari mundur perlahan-lahan. Abdul menyadari timpukan batu itu berasal dari Joni, dan tanpa basa-basi, langsung segera dikejarnya Joni. 2 siswa itu beradegan layaknya tom & jerry, saling berlari kearah belakang melewati kerumunan teman-temannya dan siswa senior SMA Jaya. Para siswa terpana seketika, Garda depan SMA Jaya yang tadinya berbaris rapi dan diisi siswa kelas 1 itu pun bimbang, dan akhirnya mereka semua malah mundur dan para senior SMA Jaya pun turut kocar kacir, lari tunggang langgan meninggalkan lokasi hanya karena peristiwa Abdul dan Joni.
Di lain sisi siswa SMA dan SMP Budi Prasetya malah tak tahu harus berbuat apa, dan tak menyangka kemenangan mudah datang begitu saja tanpa usaha. Beruntung mereka punya konsep go green, sehingga, bambu dan pohon yang telah mereka tebang, kini mereka tanam lagi.
Yang lebih kecewa lagi adalah para warga, maksud hati melihat langsung siaran 3 dimensi, malah hanya duduk dan menghabiskan kuaci
Note :
Tawuran adalah tradisi dan sensasi yang merugikan diri sendiri, dan warga yang bermaksud menonton 3 dimensi J.
No comments:
Post a Comment