"9 Hari Menulis Hobi"
Bermain Gitar
Hobiku yang bersangkutan dengan dunia seni selain menggambar adalah bermain gitar. Dimulai sejak umur 12 tahun. Tetanggaku yang bernama Muhamad Haikal sering bernyanyi-nyanyi menggunakan gitar pribadinya didepan rumah. Sejak itu diriku terkesima melihat gayanya dan menganggap orang yang bisa bermain gitar itu keren. Setelah itu aku mencoba mencari tau gimana cara memainkannya. Saat itu Haikal hanya mengajariku dengan seadanya, karena melihatku masih kecil dan hanya pengen tau saja. “Pelajaran satu senar”, ujarnya. Padahal masih ada 5 senar lagi yang harus kumainkan. Saat itu modalku hanya keingintahuan dan ingin terlihat keren ketika bermain gitar. Walaupun hanya diajari satu senar, itu tidak menghalangi anankto untuk belajar lagi.
Kali ini ke tetangga yang berbeda kukunjungi. Namanya Agus dan Tri. Mereka berdua punya gitar, dan sejak itu saya belajar untuk bermain gitar secara full, hingga mengetahui kunci-kunci standard. Untung aje bukan kunci linggis ye, buat gali lubang tanah deh nanti, hihihi. Sebagai info, tetangga-tetangga ku ini usianya tentu saja lebih tua dari saya. Dan pelajaran gitarnya pun hanya untuk genjrang genjreng saja.
Dari sana awal kemampuanku berkembang dalam bermain lagu dengan menggunakan gitar, dimulai dengan kelas 2 SMP. Didekat rumah ada studio band yang harga sewanya murah sekitar Rp10,000 per jam. Agus dan Tri yang tadinya mengajariku bermain gitar, kini mulai mengajakku bermain band bersama. Agus pada posisi drum, Tri dan saya sama-sama diposisi gitaris. Kala itu, yang seru dari studio band adalah gitar listrik dengan efek metal zone nya, rasanya bahagia sekali bisa menghasilkan bunyi nyaring saat memetiknya. Lagu-lagu kami pun saat itu masih jadul, seputar aliran grunge, terutama Nirvana dan aliran punk terutama Rancid dan Greenday.
Di awal tahun 1998, wawasan musikku bertambah dengan music SKA. Music indie asal mancanegara yang beraliran SKA mulai mewabah radio Mustang (salah satu stasiun radio di Jakarta –red). Band seperti The Special, Less Than Jack, Mighty Mighty Boston pun berpengaruh besar dalam kesukaan saya terhadap petikan gitar dalam bermain music SKA, yang beat nya seperti music reggae nya Bob Marley. Lalu pada tahun ’99, music hip metal mulai merajai radio-radio dan tv. Band-bandnya seperti Rage Againts The Machine (RATM), Korn, Limp bizkit hingga Slipknot.
Beranjak kelas 1 SMA saya ikut band yang bernama S10, diambil dari nama angkot yang sering melewati SMA kami yaitu SMA 47. Anggotanya pun banyak hampir 10, hohoho. Pas latihan sering membawakan bermacam-macam lagu, tapi saat itu saya hanya setuju untuk memainkan lagu SKA dan hip metal. Ketika pensi disekolah pun kami malah membawakan lagu RATM, dan hanya ada 4 orang yang mewakili. Posisiku pun pada gitar dan memainkan melody. Mulai kelas 2, idealismeku mulai keluar, aku tidak mau membawakan lagu-lagu band terkenal. Diriku terinspirasi semangat perjuangannya band hardcore (music cadas, ketukannya lebih lambat dari music punk –red) indie label yang menyuarakan suara rakyat dan ketidakpuasan akan jalannya pemerintahan yang korup. Mungkin ini dikarenakan rumahku yang berdekatan dengan kampus budi luhur. Dikampus ini sering mengadakan demo menentang koruptor, dan sering mengadakan pensi-pensi underground. Disaat itu pula mereka juga menjual kaset-kaset dan majalah fotocopyan yang isinya tentang perjuangan. Maka sejak saat itu kuputuskan membuat band pribadi dikelas 2 dengan anggota utamanya adalah Sahid dan Labib. Nama band nya hingga kini masih kugunakan untuk email di yahoo yaitu Skidpack, hohoho. Referensi band kami saat itu adalah music hardcore, terutama band warzone dan biohazard. Kami, sempat manggung dibeberapa tempat, seperti GOR Kuningan, GOR Bulungan hingga GOR Rempoa.
Kegiatan bermain gitar kutinggalkan dimasa-masa kuliah dikampus ITB. Mungkin gara-gara sibuknya kuliah di ITB, menggambar komik sang idola, VJ MTV, sampe urusan mengejar wanita, hihihi. Jadinya diriku vakum didunia music. Selain itu teman-temanku dikampus tidak ada yang suka music hardcore. Kuputuskan bahwa masa-masa SMA sudah lewat, dan saatnya focus menyambut masa depan (Cie.. elah, hoho.. –red). Diriku yang saat itu menyukai aliran musik tertentu pun mulai terbuka pikirannya dan tidak mau menyukai satu jenis musik saja. Semua lagu kugemari, mulai dari lagu keroncong nya Almarhum benyamin S, dangdutnya band PHB, Warkop DKI dan segala macam musik pop pun aku suka.
Next, begitu juga dengan dunia kerja, anankto tetap vakum dalam dunia pergitaran. But begitu memutuskan resign dari perusahaan sebelumnya, dan kembali ke Jakarta. Diriku mendapat kesempatan bermain gitar lagi. Kali ini adikku sudah punya gitar sendiri. Jadinya aku bisa puas meminjam gitarnya, lalu genjrang-genjreng dikamar deh sambil mengingat masa muda.
Sejak saat itu pun hatiku terpanggil lagi dan menggali lebih dalam mengenai diri sendiri. Kalau sebelumnya dimasa muda bermain gitar adalah sekedar hobi, kini sudah berubah menjadi passion. Masih ingatkan? dimasa mudaku dulu, alasan sebenernya bermain gitar adalah untuk terlihat keren dan menjadi anak band. But now, ketika gitar akustik itu kupetik, rasanya ada sisi otak kanan yang terisi. Rasa bahagia dan nyaman pun kurasa begitu mendengar suara merdu dari gitar.
Note : Saat ini pun ada gitar dikamarku. Setiap pulang kerja dan ketika stress melanda, bermain gitar lah obatnya. Meski hanya genjrang genjreng saja, karena aku bukanlah pemain gitar professional yang mengikuti kursus di yammaha. *eh kok huruf m nya ada dua*, Silahkan liat videonya dibawa ini, Huhuy
No comments:
Post a Comment