Friday, October 21, 2011

Day 21 : Keluarga

Keluarga

For those who were so hard to think about person that they admire the most, you should see surround you. Those inspiring people were close to you. Have you ever imagine those people are your family?, your teacher at school?, your friend?, even your favorite actor in television can be your inspiration. If you think that those people above was difficult to imagine, it means you didn’t respect what you’re now and you don’t want to show your gratitude for those people who are close to you.

Di akhir challenge minggu ketiga ini, yaitu di hari ke-21, temanya adalah keluarga, keluarga yang telah menginspirasi anankto dan membentuk kepribadiannya hingga saat ini. Di hari ke-20 saya telah menulis mengenai ayah saya, kali ini tulisannya akan ditujukan terutama untuk ibu.

Ibu yang selalu juara dan manjur doanya untuk anankto. Di setiap segala kesulitan, setiap akan menghadapi masalah yang rumit, setiap keputusan besar yang akan diambil. Anankto selalu memohon doa dari Ibu. Ya ibuku adalah juaraku. Setiap langkah yang kuambil selalu damai rasanya jika sudah ijin dengannya. Hati ini plong (lega –red) dalam menjalani aktifitas sehari-hari. Ibuku bernama Nurillah, bergelar Dra. Saat ini berprofesi mulia sebagai ibu rumah tangga. Lahir dan besar di Bima, Nusa Tenggara Barat. Yang lucunya, kami semua sekeluarga tidak bisa bahasa bima, hanya ibuku saja. Jadi setiap keluarga dari pihak ibu datang, kami pun hanya melongo (terdiam –red) karena ibuku sering menggunakan bahasa bima kalau berbicara kepada nenek dan adik-kakaknya. Jangan ditanya dalam kemampuannya memasak. Ibuku mampu membuat makanan yang super pedas dan rasanya enak luar biasa. Menu favoritku adalah sambal timun dari bima. Padahal cuma perpaduan potongan kecil timun, tomat, disertai potongan cabe dan garam, tapi mampu membuat nafsu makan kami sekeluarga bertambah berkali-kali lipat. Mau lauknya cuma tempe, kerupuk, sudah cukuplah buat kami untuk mengenyangkan perut. Mungkin ibuku punya bumbu special, apalagi kalau bukan bumbu cintaJ.

Sejak kami masih dalam kandungan, Ibuku selalu sabar mengurusi empat orang anaknya dengan penuh kasih sayang. Padahal dulu untuk mencukupi kebutuhan materi anak-anaknya, ibu menyempatkan waktunya menjadi guru di sma 90 di Jakarta selatan, sekaligus menjadi ibu dharma wanita di Depdiknas. Ibu ku dari dulu tidak pernah memaksakan anak-anaknya untuk sekolah di SMA ataupun Kampus favorit. Ia lebih banyak berdoa. Sering saya lihat ibu lama sekali doanya, setiap kami selesai solat berjamaah. ibuku juga sering bangun dini hari untuk melakukan sholat tahajud, lalu mengambil posisi doa hingga berpuluh-puluh menit lamanya. Tidak perlu ditanya lagi apa isi doanya, saya yakin didalam doanya, ibu selalu mendoakan kami, anak-anaknya untuk sukses dalam pendidikan dan kehidupan.

Pernah disaat mau ujian sekolah, sidang tugas akhir di kampus, interview kerja, presentasi pekerjaan didepan bos, mengambil keputusan resign dari kantor, hati ini deg-deg an luar biasa. Tapi begitu anankto meng contact ibu, entah kenapa semua rasa takut dan deg-deg an itu hilang begitu saja.

Lihatlah hasil dari kesabaran dan doa-doa ibuku sekarang, 2 kakak laki-laki ku sudah berkeluarga dengan 1 anak. Kakakku yang pertama lulusan Arsitektur ITB. Kakakku yang kedua adalah pengusaha lulusan Magister Agriculture Universitas Brawijaya. Saya pun mengikuti jejak kakakku yang pertama dengan kuliah di ITB, mengambil jurusan teknik kelautan. Dan yang terakhir adikku yang perempuan sekolah di SMA favorite dan paling gaul di Jakarta apalagi kalo bukan SMA Labschool yang didirikan oleh tokoh pendidikan Indonesia yaitu Prof Arief Rahman

Terimakasih ibu yang selalu berdoa untuk kesuksesan anak-anaknya, terimakasih ibu yang telah menginspirasi kami anak-anaknya untuk selalu sabar dalam menjalani hidup ini.

Ibuku juaraku.

No comments: